News & Research

Reader

Fokus Kembali Tertuju ke The Fed, Yen Tak Berdaya Versus Dolar
Wednesday, May 01, 2024       06:36 WIB

Ipotnews - Yen melemah terhadap dolar, Selasa, mengembalikan sebagian kenaikan tajam pada sesi sebelumnya yang dipicu dugaan intervensi oleh otoritas Jepang, sementara data ekonomi Amerika Serikat mengenai biaya tenaga kerja mendorong laju dolar.
Yen menyusut 0,88% terhadap greenback menjadi 157,73 per dolar, namun masih jauh dari level terendah dalam 34 tahun di 160,245 yang dicapai pada sesi Senin, ketika trader mengatakan intervensi pembelian yen oleh Tokyo mendorong penguatan sekitar lima yen.
Sepanjang April, yen tercatat anjlok 4,04% versus dolar, berada di jalur penurunan bulanan terbesar sejak Februari 2023, demikian laporan  Reuters,  di New York, Selasa (30/4) atau Rabu (1/5) pagi WIB.
Indeks Dolar (Indeks DXY) menguat setelah data ekonomi menunjukkan cost tenaga kerja AS meningkat lebih dari perkiraan pada kuartal pertama, di tengah kenaikan upah dan tunjangan, mengkonfirmasi lonjakan inflasi di awal tahun yang kemungkinan akan menunda pemangkasan suku bunga yang sangat diantisipasi pada akhir tahun ini.
Pejabat Jepang mungkin telah menghabiskan sekitar 5,5 triliun yen (USD35,05 miliar) untuk mendukung mata uangnya pada sesi Senin, menurut data Bank of Japan, Selasa.
Selasa, Bank of Japan membiarkan rencana pembelian obligasi bulanannya tidak berubah untuk periode Mei. Investor obligasi pemerintah Jepang (JGB) mencari petunjuk mengenai waktu pengurangan pembelian obligasi, yang akan menghasilkan imbal hasil yang lebih tinggi dan menarik, sehingga mendukung yen.
Hal ini terjadi ketika the Fed memulai pertemuan kebijakan moneter dua hari, Selasa, yang diperkirakan mempertahankan suku bunga di 5,25%-5,5%, sementara komentar dari Chairman Jerome Powell akan diawasi untuk mengetahui tanda-tanda jalur kebijakan bank sentral di masa depan, mengingat data terkini mengenai inflasi dan pasar tenaga kerja yang tetap solid.
Pasar terus mendorong ekspektasi mengenai waktu penurunan suku bunga tahun ini, dengan peluang pemangkasan pada September setidaknya 25 basis poin (bps) sedikit di bawah 50%, menurut FedWatch Tool CME Group.
Indeks DXY, ukuran greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama, menguat 0,52% jadi 106,24, dan euro turun 0,42% ke posisi USD1,0674. Poundsterling melemah 0,49% jadi USD1,2499.
Indeks Dolar melambung 1,7% sejauh April dan bersiap untuk kenaikan bulanan terbesar sejak Januari. Euro melorot 1,11% pada April, dan sterling menyusut 1,02%, berada di jalur penurunan bulanan terbesar sejak September.
Analis teknikal Bank of America, Paul Ciana, mengatakan dolar AS yang kuat tetap didukung adalah kasus dasar perusahaannya, dan mereka masih menganjurkan untuk melakukan pembelian saat terjadi penurunan greenback "untuk mengantisipasi kenaikan lainnya" pada kuartal kedua. (ef)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM


Berita Terbaru

Tuesday, May 21, 2024 - 20:39 WIB
BNBR Ngegas Bisnis Hijau, Bikin Usaha Patungan Ini
Tuesday, May 21, 2024 - 20:23 WIB
Rencana Penyelenggaraan Public Expose Tahunan PT Archi Indonesia Tbk (ARCI)
Tuesday, May 21, 2024 - 20:19 WIB
PPGL Dividen Tunai Rp 4 per Saham
Tuesday, May 21, 2024 - 20:14 WIB
BRIS Dividen Tunai Rp 18,5470451 per Saham
Tuesday, May 21, 2024 - 20:05 WIB
BTN Resmikan Sales Center di 3 Kota
Tuesday, May 21, 2024 - 18:58 WIB
WTON Dividen Tunai Rp 0,79 per Saham
Tuesday, May 21, 2024 - 18:37 WIB
Sambut Kehadiran Starlink, ISAT Siap Berkolabirasi
Tuesday, May 21, 2024 - 18:36 WIB
Bayar Gaji Karyawan, Indofarma (INAF) Sedot Uang Biofarma
Tuesday, May 21, 2024 - 18:35 WIB
PSSI Dividen Tunai Rp 48 per Saham
Tuesday, May 21, 2024 - 18:10 WIB
Indosat (ISAT) Bagikan Dividen Rp2,16 Triliun, 48 Persen dari Laba 2023